Review novel Ronggeng Dukuh Paruk – Ahmad Tohari
Siapa yang tak kenal dengan Ahmad Tohari, penulis legendaris Indonesia yang karya-karyanya telah mendunia dan sudah banyak diterjemahkan kedalam beberapa bahasa asing. Setiap penulis pasti memiliki ciri khas yang melekat dalam karya-karyanya, seolah-olah menjadi signature yang menunjukkan keaslian dari karya mereka, seperti halnya Ahmad Tohari, yang juga memiliki ciri khas dalam karya-karyanya. Sang penulis selalu dekat dengan kesederhanaan, begitu pula dengan karya-karyanya yang selalu mengkisahkan tentang kehidupan orang-pinggiran dan rakyat jelata. Kemiskinan, ketimpangan dan ketidakadilan adalah topik utama dalam setiap kisah yang dibawakan meskipun tentunya tidak sesederhana itu dalam kisahnya, banyak intrik, romansa, konflik dan renungan yang membuat cerita yag dibawakan menjadi lebih kompleks dan memeras emosi. Salah satu karya Ahmad Tohari yang melegenda bahkan hingga saat ini adalah trilogy novel Ronggeng Dukuh Paruk, novel ini bahan telah diterjemahkan dalam bahasa asing seperti bahasa Jepang, bahasa Jerman, bahasa Belanda, dan bahasa Inggris.
Novel Ronggeng Dukuh
Paruk merupakan gabungan dari trilogy novel karya Ahmad Tohari yang berjudul “Catatan
Buat Emak”, “Jantera Bianglala”, dan “Lintang Kemukus Dinihari”. Trilogy novel ini
berfokus pada kisah Srintil seorang Ronggeng baru dukuh Paruk dan Rasus teman
masa kecil dan sahabat Srintil. Cerita bermula ketika Srintil yang ternyata
memiliki bakat untuk menjadi seorang penari Ronggeng memutuskan untuk
benar-benar menjadi Ronggeng untuk mengisi kekosongan posisi itu di dukuh
Paruk. Namun ternyata keputusan yang diambil Srintil tidak sesuai dengan
keinginan Rasus, namun apa bisa dikata, keputusan Srintil sudah bulat dan Rasus
tidak bisa berbuat apa-apa. Setelah gagal mengucapkan perpisahan saat ritual
penobatan Ronggeng Srintil, Rasus yang kecewa pergi meninggalkan dukuh Paruk. konflik
dalam cerita ini memuncak ketika dukuh Paruk terseret arus konflik politik
tahun 1965 dan dituduh sebagai
penghianat bangsa, dukuh Paruk hancur dan banyak warganya yang dijadikan tahanan
politik tak terkecuali Srintil sang Ronggeng dari dukuh Paruk, cap negatif dan pandangan
sinis dari semua orang diluar dukuh paruk menjadikan pedukuhan itu semakin
terpuruk begitu pula warganya. Pengalaman pahit itulah yang membuat Srintil
ingin memperbaiki citra dirinya dan membangun rumah tangga yang damai, secercah
harapan muncul ketika Rasus, teman masa kecil Srintil muncul, namun sayangnya
sebuah kejadian merenggutnya bahkan menghancurkan jiwa sang mantan Penari
Ronggeng
Komentar
Posting Komentar