Langsung ke konten utama

Review Ronggeng Dukuh Paruk – Ahmad Tohari

 Review novel Ronggeng Dukuh Paruk – Ahmad Tohari

Img src : https://ebooks.gramedia.com/ebook-covers/53333/image_highres/BLK_RDP2020706247.jpg

Siapa yang tak kenal dengan Ahmad Tohari, penulis legendaris Indonesia yang karya-karyanya telah mendunia dan sudah banyak diterjemahkan kedalam beberapa bahasa asing. Setiap penulis pasti memiliki ciri khas yang melekat dalam karya-karyanya, seolah-olah menjadi signature yang menunjukkan keaslian dari karya mereka, seperti halnya Ahmad Tohari, yang juga memiliki ciri khas dalam karya-karyanya. Sang penulis selalu dekat dengan kesederhanaan, begitu pula dengan karya-karyanya yang selalu mengkisahkan tentang kehidupan orang-pinggiran dan rakyat jelata. Kemiskinan, ketimpangan dan ketidakadilan adalah topik utama dalam setiap kisah yang dibawakan meskipun tentunya tidak sesederhana itu dalam kisahnya, banyak intrik, romansa, konflik dan renungan yang membuat cerita yag dibawakan menjadi lebih kompleks dan memeras emosi. Salah satu karya Ahmad Tohari yang melegenda bahkan hingga saat ini adalah trilogy novel Ronggeng Dukuh Paruk, novel ini bahan telah diterjemahkan dalam bahasa asing seperti bahasa Jepang, bahasa Jerman, bahasa Belanda, dan bahasa Inggris.

Novel Ronggeng Dukuh Paruk merupakan gabungan dari trilogy novel karya Ahmad Tohari yang berjudul “Catatan Buat Emak”, “Jantera Bianglala”, dan “Lintang Kemukus Dinihari”. Trilogy novel ini berfokus pada kisah Srintil seorang Ronggeng baru dukuh Paruk dan Rasus teman masa kecil dan sahabat Srintil. Cerita bermula ketika Srintil yang ternyata memiliki bakat untuk menjadi seorang penari Ronggeng memutuskan untuk benar-benar menjadi Ronggeng untuk mengisi kekosongan posisi itu di dukuh Paruk. Namun ternyata keputusan yang diambil Srintil tidak sesuai dengan keinginan Rasus, namun apa bisa dikata, keputusan Srintil sudah bulat dan Rasus tidak bisa berbuat apa-apa. Setelah gagal mengucapkan perpisahan saat ritual penobatan Ronggeng Srintil, Rasus yang kecewa pergi meninggalkan dukuh Paruk. konflik dalam cerita ini memuncak ketika dukuh Paruk terseret arus konflik politik tahun 1965  dan dituduh sebagai penghianat bangsa, dukuh Paruk hancur dan banyak warganya yang dijadikan tahanan politik tak terkecuali Srintil sang Ronggeng dari dukuh Paruk, cap negatif dan pandangan sinis dari semua orang diluar dukuh paruk menjadikan pedukuhan itu semakin terpuruk begitu pula warganya. Pengalaman pahit itulah yang membuat Srintil ingin memperbaiki citra dirinya dan membangun rumah tangga yang damai, secercah harapan muncul ketika Rasus, teman masa kecil Srintil muncul, namun sayangnya sebuah kejadian merenggutnya bahkan menghancurkan jiwa sang mantan Penari Ronggeng

Miris, mungkin hanya kata itulah kesan saya setelah membaca novel ini. Kemiskinan dan kebodohan telah begitu mengakar dalam nadi dukuh Paruk, sayangnya kebodohan itu telah menyeret mereka ke jalan yang salah dalam arus politik negeri ini sehingga mereka terkena imbasnya. Novel ini merupakan sebuah karya yang menguras emosi, pambaca akan dibuat terombang ambing dalam pasang surut kesedihan dan kesenangan. Saya pribadi tak pernah suka dengan akhir cerita yang disuguhkan oleh sang penulis dalam karyanya ini, bagi saya itu terlalu miris, menyayat hati, tapi mau bagaimana lagi saya hanya sebagai pembaca, kita tak selalu mendapat apa yang kita inginkan. Mungkin memang seharusnya cerita ini berakhir seperti itu, dan memang baiknya seperti itu, saya mencoba untuk mengerti dan protes saya berhenti sampai disini. Selain hal itu saya sangat menikmati seluruh alur cerita novel ini, banyak hal yang dapat dipelajari dari kisah yang menyayat hati, banyak sudut pandang yang diabaikan sejarah, banyak kisah yang berbeda dengan kenyataan yang kita alami sehari-hari. Buku ini membuat saya sedikit paham akan kejamnya kebodohan dan keacuhan dari kedamaian warga dukuh Paruk.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] The Black Cat and other stories - Edgar Allan Poe

The Black Cat and Other Stories – Edgar Allan Poe Edgar Allan Poe merupakan soerang penulis berkebangsaan Amerika, dengan prestasinya dalam kisah horor dan kisah detektif membuatnya dijuluki sebagai bapak dari penulis kisah misteri. “Poe bukan sekedar penulis kisah misteri atau suspense. Dialah perintis genre itu” (Stephen King). Ya memang begitu pandangan para penulis dunia bergenre misteri, cerita-cerita horor karangan Edgar Allan Poe memang sangat digemari oleh para pembaca pada masanya, bahkan hingga saat ini para penggemar cerita karangan Poe juga sangat banyak. Jadi untuk para pecinta genre misteri dan fiksi detektif saya kali ini akan merekomendasikan kepada anda sebuah novel yang berisi kisah karangan Edgar Allan Poe yaitu novel “The Black Cat and Other Stories”. Buku ini berisi 13 cerita asli karangan Edgar Allan Poe yang telah diterjemahkan dan dicetak ulang oleh penerbit Noura Books. Sebenarnya daripada disebut novel buku ini lebih cocok jika disebut sebagai kumpu

Buku untuk Dibaca – Erick Namara

Mungkin semua orang sudah mengetahui bahwa fungsi buku bacaan adala untuk dibaca, namun tentunya hal itu akan terdengar agak aneh bila kata-kata “Buku untuk Dibaca” digunakan sebagai judul sebuah buku. Menarik! Itulah hal pertama yang ada dipikran saya ketika saya menemukan buku tersebut di sebuah toko buku, sampul buku berwarna emas semakin membuat saya penasaran buku apa sebenarnya itu. Akhirnya setelah berkeliling mencari novel bergenre misteri dan kisah detektif kesukaan saya, akhirnya saya mengalah dan menuruti rasa penasaran saya dan masuklah buku berjudul “Buku untuk Dibaca” kedalam keranjang belanjaan. Saya sempat “mengabaikan” buku tersebut karena terlalu asyik menikmati kisah-kisah baru dari novel yang saya beli hingga akhirnya saya merasa jenuh (mungkin karena alur dari novel misteri yang menguras tenaga), kemudian barulah “Buku untuk Dibaca” tersebut terlirik oleh pandangan saya. Saya pun mulai mebacanya, buku ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu love, life and hope, dise

Review Journey to The Center of The Earth – Jules Verne

B agaimana jadinya jika jauh di bawah tanah yang kita injak ini ternyata terdapat rongga yang sangat besar, bahkan saking besarnya rongga itu memiliki laut, pulau dan bahkan iklim sendiri! Sebuah teori yang terdengar gila buka? Tapi yang lebih gila lagi adalah kenyataan bahwa teori ini muncul dari seorang penulis yang menerbitkan karyanya pada tahun 1864. Dia adalah Jules Verne, seorang penulis berkebangsaan Perancis yang dikenal sebagai perintis genre Fiksi Ilmiah ( Sci-Fi). Memang kebanyakan karya beliau bertema fiksi ilmiah yang dianggap mendahului masanya. Selain Journey to The Center of The Earth karya-karya terkenal lainnya seperti Twenty Thousand League Under the Sea, Around The World in Eighty Days, dan From The Earth to The Moon juga bergenre fiksi ilmiah. Membayangkan tahun terbitnya karya-karya beliau pada pertengahan tahun 1800an pasti akan membuat kita terheran-heran dengan betapa liarnya imajinasi sang penulis. Lalu bagaimana kisah petualangan ke dalam perut bumi ini? Say