Langsung ke konten utama

Review Bumi Yang Tak Dapat Dihuni (The Uninhabitable Earth) – David Wallace-Wells

img src : https://ebooks.gramedia.com/ebook-covers/49257/image_highres/ID_BDD2019MTH09BD.jpgTerdengar seperti judul sebuah cerita fiksi atau sebuah novel bergenre cli-fi(climate-fiction) yang bertujuan untuk membangun kesadaran para pembaca terhadap kepedulian terhadap lingkungan, nyatanya buku ini adalah sebuah karya non fiksi yang berdasarkan keadaan aktual yang terjadi saat ini dan didukung dengan data-data faktual. Dalam buku The Uninhabitable Earth (Bumi Yang Tak Dapat Dihuni) ini penulis memaparkan kenyataan mengerikan yang tanpa sadar telah umat manusia ciptakan selama ini, dan menurutnya generasi kita saat inilah yang akan melihat merasakan akibat-akibat yang akan timbul dari kelalaian manusia selama ini. Mirisnya semua ini bermula dari zaman keemasan manusia dimulai, berawal dari era pertanian yang membuat manusia menetap di satu tempat menuju era revolusi industry hingga era globalisasi seperti saat ini, manusia ternyata telah meninggalkan jejak emisi karbon yang menyumbang peran dalam terjadinya pemanasan global. Perkembangan industry manusia yang semakin besar tanpa memperhatikan dampak yang ditimbulkan pada lingkungan telah membawa manusia menuju bencana besar yang bahkan tidak pernah dialami planet bumi.

Kenaikan suhu rata-rata bumi hingga 5 derajad dari suhu saat ini adalah batas akhir bumi dapat ditinggali, diatas itu maka dapat dipastikan bumi akan menjadi planet yang terlalu panas untuk ditinggali. Sebagai pembanding, suhu bumi pada saat buku ini ditulis telah naik sampai 2 derajad. Menurut para ahli dengan laju kenaikan suhu seperti saat itu bumi akan mencapai kenaikan suhu 5 derajad dalam kurun waktu kurang dari 50 tahun!  Lalu apakah tidak ada cara untuk mencegah kenaikan suhu tersebut. menurut penulis waktu yang kita miliki untuk setidaknya memperlambat kenaikan suhu sudah semakin sempit, jika umat manusia tidak bergegas kita sudah pasti akan kehabisan waktu. Sayangnya meski Negara-negara penghasil emisi karbon terbesar telah mengadakan pertemuan untuk membahas masalah ini, hingga saat ini belum ada tingdakan real yang diambil oleh Negara-negara yang hadir tersebut. sayangnya meskipun para ahli dan peneliti yang hingga rela melakukan aksi turun kejalan, mereka tetap diabaikan dan dianggap sebagai pelanggar ketertiban.

Wacana tentang peristiwa kenaikan suhu yang bukan hanya sudah didepan mata namun sudah kita alami saat ini merupakan salah sau dari beberapa musibah yang mengancam umat manusia jika tetap berada dalam laju pertumbuhan industry seperti saat ini. Kenaikan suhu hanyalah sebuah perjalanan yang didalamnya terdapat kejadian-kejadian mengerikan yang menyertainya. Namun untuk menghindari kemungkinan terburuk yang akan datang kita membutuhkan bantuan seluruh umat manusia untuk bersama-sama menyadari dan mulai mengurangi kerusakan yang kita timbulkan. Dalam  hal ini saya berharap apa yang dikatakan oleh Yuval Noah Harari dalam bukunya Homo Deus dapat menjadi kenyataan.

“ramalan yang paling logis yang sering diciptakan manusia sepanjang sejarah adalah yang paling jarang terjadi”

Meskipun bukan kalimat persisnya, namun itulah inti yang saya tangkap dari pernyataan penulis buku Homo Deus tersebut. meskipun mengusung tema yang sama, saya rasa buku Bumi Yang Tak Dapat Dihuni ini terasa lebih nyata dan lebih mengerikan dibandingkan dengan buku Homo Deus. Didukung dengan berbagai jurnal penelitian yang ditambahkan dalam catatan di akhir  buku yang tentunya dapat diakses untuk bacaan lebih lanjut buku ini harusnya sukses meningkatkan kesadaran bagi para pembacanya. Satu kekurangan yang terdapat pada buku ini adalah pada susunan kata yang digunakan, mungkin ini karena saya membaca buku versi terjemahannya yang saya rasa agak aneh, saya rasa akan lebih baik jika anda membaca versi aslinya. Meskipun sedikit aneh dalam versi terjemahannya saya tetap mampu menyelesaikan buku ini karena materi yang dibahas sangat menarik. Terakhir, semoga buku ini dapat meningkatkan kepedulian lebih banyak orang. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] The Black Cat and other stories - Edgar Allan Poe

The Black Cat and Other Stories – Edgar Allan Poe Edgar Allan Poe merupakan soerang penulis berkebangsaan Amerika, dengan prestasinya dalam kisah horor dan kisah detektif membuatnya dijuluki sebagai bapak dari penulis kisah misteri. “Poe bukan sekedar penulis kisah misteri atau suspense. Dialah perintis genre itu” (Stephen King). Ya memang begitu pandangan para penulis dunia bergenre misteri, cerita-cerita horor karangan Edgar Allan Poe memang sangat digemari oleh para pembaca pada masanya, bahkan hingga saat ini para penggemar cerita karangan Poe juga sangat banyak. Jadi untuk para pecinta genre misteri dan fiksi detektif saya kali ini akan merekomendasikan kepada anda sebuah novel yang berisi kisah karangan Edgar Allan Poe yaitu novel “The Black Cat and Other Stories”. Buku ini berisi 13 cerita asli karangan Edgar Allan Poe yang telah diterjemahkan dan dicetak ulang oleh penerbit Noura Books. Sebenarnya daripada disebut novel buku ini lebih cocok jika disebut sebagai kumpu

Buku untuk Dibaca – Erick Namara

Mungkin semua orang sudah mengetahui bahwa fungsi buku bacaan adala untuk dibaca, namun tentunya hal itu akan terdengar agak aneh bila kata-kata “Buku untuk Dibaca” digunakan sebagai judul sebuah buku. Menarik! Itulah hal pertama yang ada dipikran saya ketika saya menemukan buku tersebut di sebuah toko buku, sampul buku berwarna emas semakin membuat saya penasaran buku apa sebenarnya itu. Akhirnya setelah berkeliling mencari novel bergenre misteri dan kisah detektif kesukaan saya, akhirnya saya mengalah dan menuruti rasa penasaran saya dan masuklah buku berjudul “Buku untuk Dibaca” kedalam keranjang belanjaan. Saya sempat “mengabaikan” buku tersebut karena terlalu asyik menikmati kisah-kisah baru dari novel yang saya beli hingga akhirnya saya merasa jenuh (mungkin karena alur dari novel misteri yang menguras tenaga), kemudian barulah “Buku untuk Dibaca” tersebut terlirik oleh pandangan saya. Saya pun mulai mebacanya, buku ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu love, life and hope, dise

Review Journey to The Center of The Earth – Jules Verne

B agaimana jadinya jika jauh di bawah tanah yang kita injak ini ternyata terdapat rongga yang sangat besar, bahkan saking besarnya rongga itu memiliki laut, pulau dan bahkan iklim sendiri! Sebuah teori yang terdengar gila buka? Tapi yang lebih gila lagi adalah kenyataan bahwa teori ini muncul dari seorang penulis yang menerbitkan karyanya pada tahun 1864. Dia adalah Jules Verne, seorang penulis berkebangsaan Perancis yang dikenal sebagai perintis genre Fiksi Ilmiah ( Sci-Fi). Memang kebanyakan karya beliau bertema fiksi ilmiah yang dianggap mendahului masanya. Selain Journey to The Center of The Earth karya-karya terkenal lainnya seperti Twenty Thousand League Under the Sea, Around The World in Eighty Days, dan From The Earth to The Moon juga bergenre fiksi ilmiah. Membayangkan tahun terbitnya karya-karya beliau pada pertengahan tahun 1800an pasti akan membuat kita terheran-heran dengan betapa liarnya imajinasi sang penulis. Lalu bagaimana kisah petualangan ke dalam perut bumi ini? Say