Review Bekisar Merah – Ahmad Tohari
Novel ini merupakan
novel karya Ahmad Tohari kedua yang saya baca, sebelumnya saya yang jatuh cinta
dengan nove beliau yang berjudul Kubah mencoba mencari karya-karya Ahmad Tohari
yang lain, dan akhirya pilihan saya jatuh kepada novel ini. Jujur, awalnya saya
berekpektasi tinggi pada novel ini, berharap mendapatkan cerita yang mengalir
dan ending yang hangat seperti halnya yang saya dapatkan ketika membaca novel
Kubah. Sayang sekali ekpektasi saya itu tidak terpenuhi, yah lagi-lagi kita
sebagai pembaca memang tak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan. Seperti
biasa, novel karya Ahmad Tohari selalu dekat dengan kaum marjinal dan kehidupan
menengah kebawah, begitupun novel kali ini yang berlatar di sebuah desa
penghasil gula kelapa yang miskin dan jauh dari kota, fokus utama ceritanya
tetap pada ketimpangan sosial dan suka duka para warganya.
Novel kali ini
mengisahkan tentang gadis desa bernama Lasiyah yang merupakan keturunan jepang-karangsoa
yang sering dirundung oleh teman-temannya. Meskipun masa kecilnya sering
mendapat ejekan dari teman-temannya, lasi tumbuh menjadi kembang desa yang
diidam-idamkan banyak pria karena kecantikannya. Adalah Darsa, seorang penyadap
nira kelapa di desa karangsoa yang pada awal cerita dikisahkan menjadi suami
dari Lasiyah. Kehidupan pasangan tersebut awalnya damai dan tentram-tentram
saja, namun semua berubah ketika pada suatu sore Darsa pulang dalam keadaan dibopong
oleh salah seorang temannya yang menemukan Darsa telah terjatuh dari pohon
kelapa. Kurangnya kemampuan keluarga Darsa untuk berobat akhirnya membuat Darsa berakhir di atas dipan karena
kelumpuhan, namun disini kita akan diperlihatkan kesetiaan seorang Lasiyah yang
dengan tulus merawat suaminya. Suatu hari secercah harapan muncul dari seorang
dukun pijat bernama Bunek, Darsa mengalami kemajuan dalam pengobatannya dan
berangsur-angsur pulih. Hal ini tentu juga membuat Lasiyah bahagia melihat suaminya
yang bisa sembuh kembali. Sayangnya kebahagiaan itu hanyalah sebatas lewat saja,
lasiyah harus menerima kenyataan pahit lain.
Saya benar-benar
terbawa oleh pembawaan cerita yang disajikan oleh ahmad tohari dalam
menggambarkan kehidupan didesa. Penggambaran latar desa yang asri menggunakan
bahasa yang lugas dan mudah dipahami membuat saya dapat dengan mudah
memvisualisasikan keadaan desa didalam kepala saya. Selain penggambaran latar
yang gamblang, gambaran keadaan social yang ada didesa juga sebagian besar
relevan dengan keadaan aktual didesa-desa terpencil saat ini, jadi meskipun ini
adalah karya lawas dan mengambil latar waktu yang jauh dimasa lalu namun masih tetap
terasa relevan bahkan hingga saat ini. Seperti pada karya Ahmad Tohari yang
lain, dalam novel ini pembaca juga akan dibuat merasakan roller coaster
perasaan yang akan sangat menguras emosi karena setiap kali tokoh utama seolah
akan mendapatkan keberuntungan pasti kemalangan akan langsung menyergapnya, hal
ini terulang beberapa kali dalam plot cerita yang menurut saya terasa sangat
menyesakkan. Selain itu akhir cerita yang terkesan menggantung menambah rasa
tidak puas saya terhadap novel ini. Bagaimanapun novel ini tetap menjadi salah
satu karya Ahmad Tohari yang luar biasa, saya mungkin bisa belajar banyak dari
cara beliau dalam menggambarkan latar tempat dengan begitu detail dan jelas. Banyak
pesan moral dan pelajaran yang dapat diambil dari cerita dalam novel ini,
banyak nilai-nilai kuno yang sekarang mulai terlupakan dizaman sekarang yang
dapat kita ingat lagi dan kita resapi dari kisah sang Bekisar Merah yang
dituturkan oleh sang penulis.
Komentar
Posting Komentar