Bagi mereka yang sudah
membaca novel karangan Harper Lee, To Kill a Mockingbird pasti akan
mencari-cari kelanjutan ceritanya. Hal ini sangat lumrah karena penokohan yang
ada di novel To Kill a Mockingbird telah membuat banyak pembacanya jatuh cinta.
Saya adalah salah satu penggemar novel To Kill a Mockingbrid, dan berharap dapat
mengikuti kelanjutan kisah seru keluarga Atticus Finch. Lalu apakah ada sekuel lanjutan
dari novel tersebut? Jawabannya adalah ya, novel ini memiliki sekuel lanjutan
yang berjudul Go Set a Watchman. Sayangnya banyak penggemar yang merasa kecewa
dengan lanjutan sekuelnya ini. Lalu kira-kira apa yang membuat penggemar
kecewa? Saya akan coba menjelaskannya dalam artikel singkat ini.
Mengambil latar waktu
20 tahun setelah peristiwa yang dialami oleh Scout pada novel sebelumnya, Maycomb
city masih saja menjadi kota yang kental dengan isu rasial. Scout yang saat itu
telah tinggal di New York sedang mendapatkan jatah libur yang akan ia
dihabiskan di kampung halamannya. Masalah muncul ketika Scout secara tidak segaja
mendengar percakapan yang terjadi di pertemuan dewan rakyat yang dihadiri oleh
ayah dan pacarnya. Scout kecewa karena sejak dulu pandangan rasial yang
menjamur di Maycomb city belum juga hilang bahkan kini dapat disampaikan dengan
begitu gamblangnya dalam majelis dewan tersebut, namun hal lain yang membuat
Scout semakin emosi adalah ketika dia melihat ayahnya yang selama ini begitu
dia kagumi tampa tak mengajukan keberatan dan seolah menyetujui apa yang
disampaikan dalam pertemuan tersebut. Scout tidak bisa menerima kenyataan bahwa
ayahnya yang dulu menanamkan nilai yang melarangnya membeda-bedakan manusia
karena ras atau sukunya kini harus melihat ayahnya yang berada dalam sebuah majelis
yang merendahkan ras lain. Keadaan ini diperparah dengan sikap Calipurnia, pengasuh
kulit hitam yang dulu membesarkannya ikut-ikutan melihat Scout sama seperti
orang-orang kulit putih lainnya. Konflik batin yang dialami oleh scout dan
kebenciannya kepada warga Maycomb city adalah masalah yang menjadi focus dalam
novel ini.
Selain perubahan
karakter Atticus Finch (ayah Scout) ketiadaan karakter vital pada serti To Kill
a Mockingbird seperti Jem (kakak Scout) dan Dill (teman masa kecil Scout) adalah
factor lain yang membuat penggemar kecewa. Keseruan kisah tiga serangkai Scout,
Jem dan Dill yang diidam-idamkan oleh para penggemar tidak mereka dapatkan
dalam sekuel kelanjutannya ini. Focus yang diambil dalam novel kali masih sama yaitu
tentang prasangka, seperti pada novel sebelumnya. Sayangnya kali ini tokoh
utama yang sudah beranjak dewasa dipaksa harus menerima kenyataan bahwa
perbedaan dan rasisme itu ada dan terkadang kita juga harus berkompromi dengan
hal itu demi kebaikan kita sendiri.
Novel ini memang tidak
semenyenangkan novel pertamanya, alur ceritanya yang lambat dan tidak seseru To
Kill a Mockingbird mungkin karena dipengaruhi oleh tokoh utama yang sudah
beranjak dewasa menjadikan alur cerita yang menyesuaikan dengan keadaan tokoh
utama. Ada fakta menarik tentang novel Go Set a Watchman yang ternyata ditulis
lebih dahulu daripada novel pertamanya To Kill a Mockingbird. Memang novel
kedua ini tidak sebagus novel pertamanya, ada beberapa plot yang menggunakan
sudut pandang yang berbeda dan itu sedikit membingungkan pembaca. Namun mungkin
saja hal itu bisa dimaklumi mengingat bahwa terbitnya novel ini berdasarkan
penemuan naskah milik sang penulis Harper Lee yang telah hilang selama 60 tahun.
Kemungkinan naskah yang dijadikan novel kedua ini bukanlah naskah final sang
penulis.
Komentar
Posting Komentar