Langsung ke konten utama

Review Go Set a Watchman – Harper Lee

img src : https://inc.mizanstore.com/aassets/img/com_cart/produk/covQN-72.jpg

Bagi mereka yang sudah membaca novel karangan Harper Lee, To Kill a Mockingbird pasti akan mencari-cari kelanjutan ceritanya. Hal ini sangat lumrah karena penokohan yang ada di novel To Kill a Mockingbird telah membuat banyak pembacanya jatuh cinta. Saya adalah salah satu penggemar novel To Kill a Mockingbrid, dan berharap dapat mengikuti kelanjutan kisah seru keluarga Atticus Finch. Lalu apakah ada sekuel lanjutan dari novel tersebut? Jawabannya adalah ya, novel ini memiliki sekuel lanjutan yang berjudul Go Set a Watchman. Sayangnya banyak penggemar yang merasa kecewa dengan lanjutan sekuelnya ini. Lalu kira-kira apa yang membuat penggemar kecewa? Saya akan coba menjelaskannya dalam artikel singkat ini.

Mengambil latar waktu 20 tahun setelah peristiwa yang dialami oleh Scout pada novel sebelumnya, Maycomb city masih saja menjadi kota yang kental dengan isu rasial. Scout yang saat itu telah tinggal di New York sedang mendapatkan jatah libur yang akan ia dihabiskan di kampung halamannya. Masalah muncul ketika Scout secara tidak segaja mendengar percakapan yang terjadi di pertemuan dewan rakyat yang dihadiri oleh ayah dan pacarnya. Scout kecewa karena sejak dulu pandangan rasial yang menjamur di Maycomb city belum juga hilang bahkan kini dapat disampaikan dengan begitu gamblangnya dalam majelis dewan tersebut, namun hal lain yang membuat Scout semakin emosi adalah ketika dia melihat ayahnya yang selama ini begitu dia kagumi tampa tak mengajukan keberatan dan seolah menyetujui apa yang disampaikan dalam pertemuan tersebut. Scout tidak bisa menerima kenyataan bahwa ayahnya yang dulu menanamkan nilai yang melarangnya membeda-bedakan manusia karena ras atau sukunya kini harus melihat ayahnya yang berada dalam sebuah majelis yang merendahkan ras lain. Keadaan ini diperparah dengan sikap Calipurnia, pengasuh kulit hitam yang dulu membesarkannya ikut-ikutan melihat Scout sama seperti orang-orang kulit putih lainnya. Konflik batin yang dialami oleh scout dan kebenciannya kepada warga Maycomb city adalah masalah yang menjadi focus dalam novel ini.

Selain perubahan karakter Atticus Finch (ayah Scout) ketiadaan karakter vital pada serti To Kill a Mockingbird seperti Jem (kakak Scout) dan Dill (teman masa kecil Scout) adalah factor lain yang membuat penggemar kecewa. Keseruan kisah tiga serangkai Scout, Jem dan Dill yang diidam-idamkan oleh para penggemar tidak mereka dapatkan dalam sekuel kelanjutannya ini. Focus yang diambil dalam novel kali masih sama yaitu tentang prasangka, seperti pada novel sebelumnya. Sayangnya kali ini tokoh utama yang sudah beranjak dewasa dipaksa harus menerima kenyataan bahwa perbedaan dan rasisme itu ada dan terkadang kita juga harus berkompromi dengan hal itu demi kebaikan kita sendiri.

Novel ini memang tidak semenyenangkan novel pertamanya, alur ceritanya yang lambat dan tidak seseru To Kill a Mockingbird mungkin karena dipengaruhi oleh tokoh utama yang sudah beranjak dewasa menjadikan alur cerita yang menyesuaikan dengan keadaan tokoh utama. Ada fakta menarik tentang novel Go Set a Watchman yang ternyata ditulis lebih dahulu daripada novel pertamanya To Kill a Mockingbird. Memang novel kedua ini tidak sebagus novel pertamanya, ada beberapa plot yang menggunakan sudut pandang yang berbeda dan itu sedikit membingungkan pembaca. Namun mungkin saja hal itu bisa dimaklumi mengingat bahwa terbitnya novel ini berdasarkan penemuan naskah milik sang penulis Harper Lee yang telah hilang selama 60 tahun. Kemungkinan naskah yang dijadikan novel kedua ini bukanlah naskah final sang penulis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] The Black Cat and other stories - Edgar Allan Poe

The Black Cat and Other Stories – Edgar Allan Poe Edgar Allan Poe merupakan soerang penulis berkebangsaan Amerika, dengan prestasinya dalam kisah horor dan kisah detektif membuatnya dijuluki sebagai bapak dari penulis kisah misteri. “Poe bukan sekedar penulis kisah misteri atau suspense. Dialah perintis genre itu” (Stephen King). Ya memang begitu pandangan para penulis dunia bergenre misteri, cerita-cerita horor karangan Edgar Allan Poe memang sangat digemari oleh para pembaca pada masanya, bahkan hingga saat ini para penggemar cerita karangan Poe juga sangat banyak. Jadi untuk para pecinta genre misteri dan fiksi detektif saya kali ini akan merekomendasikan kepada anda sebuah novel yang berisi kisah karangan Edgar Allan Poe yaitu novel “The Black Cat and Other Stories”. Buku ini berisi 13 cerita asli karangan Edgar Allan Poe yang telah diterjemahkan dan dicetak ulang oleh penerbit Noura Books. Sebenarnya daripada disebut novel buku ini lebih cocok jika disebut sebagai kumpu

Buku untuk Dibaca – Erick Namara

Mungkin semua orang sudah mengetahui bahwa fungsi buku bacaan adala untuk dibaca, namun tentunya hal itu akan terdengar agak aneh bila kata-kata “Buku untuk Dibaca” digunakan sebagai judul sebuah buku. Menarik! Itulah hal pertama yang ada dipikran saya ketika saya menemukan buku tersebut di sebuah toko buku, sampul buku berwarna emas semakin membuat saya penasaran buku apa sebenarnya itu. Akhirnya setelah berkeliling mencari novel bergenre misteri dan kisah detektif kesukaan saya, akhirnya saya mengalah dan menuruti rasa penasaran saya dan masuklah buku berjudul “Buku untuk Dibaca” kedalam keranjang belanjaan. Saya sempat “mengabaikan” buku tersebut karena terlalu asyik menikmati kisah-kisah baru dari novel yang saya beli hingga akhirnya saya merasa jenuh (mungkin karena alur dari novel misteri yang menguras tenaga), kemudian barulah “Buku untuk Dibaca” tersebut terlirik oleh pandangan saya. Saya pun mulai mebacanya, buku ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu love, life and hope, dise

Review Journey to The Center of The Earth – Jules Verne

B agaimana jadinya jika jauh di bawah tanah yang kita injak ini ternyata terdapat rongga yang sangat besar, bahkan saking besarnya rongga itu memiliki laut, pulau dan bahkan iklim sendiri! Sebuah teori yang terdengar gila buka? Tapi yang lebih gila lagi adalah kenyataan bahwa teori ini muncul dari seorang penulis yang menerbitkan karyanya pada tahun 1864. Dia adalah Jules Verne, seorang penulis berkebangsaan Perancis yang dikenal sebagai perintis genre Fiksi Ilmiah ( Sci-Fi). Memang kebanyakan karya beliau bertema fiksi ilmiah yang dianggap mendahului masanya. Selain Journey to The Center of The Earth karya-karya terkenal lainnya seperti Twenty Thousand League Under the Sea, Around The World in Eighty Days, dan From The Earth to The Moon juga bergenre fiksi ilmiah. Membayangkan tahun terbitnya karya-karya beliau pada pertengahan tahun 1800an pasti akan membuat kita terheran-heran dengan betapa liarnya imajinasi sang penulis. Lalu bagaimana kisah petualangan ke dalam perut bumi ini? Say