Sumber. Google.com |
Review buku "Drama Mangir" - Pramoedya Ananta Toer
Drama mangir merupakan sebuah cerita drama yang mengambil latar waktu setelah keruntuhan kerajaan majapahit. Buku ini menceritakan tentang desa perdikan mangir yang merdeka dan tidak terikat dengan kerajaan mataram baru. Mangir menjadi desa perdikan dikarenakan jasanya pada masa lalu kepada kerajaan majapahit, sehingga kerajaan tersebut memberikan kemerdekaan pada desa mangir dan tidak mewajibkannya membayar upeti kepada kerajaan majapahit. Namun dengan runtuhnya kerajaan majapahit, kerajaan mataram baru semakin leluasa untuk memperluas wilayah kekuasaanya, dan yang menjadi salah satu sasarannya adalah desa mangir. Merasa telah diberikan kemerdekaan dan tidak terikat dengan kerajaan manapun setelah keruntuhan kerajaan majapahit, desa perdikan mangir tak tinggal diam ketika pasukan mataram menyerang. Dibawah pimpinan Wanabaya, Ki Ageng Mangir Muda desa perdikan mangir membalas serangan pasukan mataram dan memukul mundur pasukan itu. Dengan pusaka tombak warisan dari pendahulunya. Namun tanpa sepengetahuan wanabaya, panembahan senapati, raja mataram telah mengirim mata-matanya ke desa perdikan tersebut, dengan siasat licik mataram ingin menghancurkan mangir dari dalam!
Awalnya saya kira buku ini seperti novel atau seperti buku cerita khas indonesia yang terkadang diselingi gambar ilustrasi seperti buku-buku cerita waktu saya masih kecil dulu, merasa nostalgia dengan buku cerita zaman sekolah dasar akhirnya saya memutuskan untuk membelinya. "Tak apalah, penulisnya juga legendaris" pikir saya waktu itu. Namun setelah sampai dirumah dan memutuskan untuk membacanya barulah saya "ngeh" dengan judul "Drama" yang ada di cover buku tersebut, penulisannya mirip dengan karya Shakespeare, namun ternyata hal inilah yang membuat saya semakin tertarik dengan cerita dibuku ini, dan benar saja cerita yang dibawakan memang seru dan menyenangkan, meskipun akhir ceritanya sedih. Namun saya tetap dapat menikmati cerita yang disampaikan di buku ini.
Cerita dalam buku Drama Mangir ini dibuat berdasarkan tutur yang masih diingat dan beredar di masyarakat di jawa tengah. Meskipun begitu tutur cerita ini tidak tercatat dalam dokumen tertulis keraton maupun Babad Tanah Jawa. Tak seperti kisah-kisah mengenai kerajaan dan raja-raja yang lain dimana tokoh raja selalu merupakan tokoh yang sempurna dan tidak memiliki watak kelemahan, kisah yang disampaikan oleh Pramoedya Ananta Toer dalan cerita Drama Mangir ini menunjukkan bagaimana sikap haus kekuasaan yang dimiliki oleh panembahan senapati yang akan mengahalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya, bahkan dikisahkan bahwa panembahan senapati tega mengeksekusi anaknya sendiri terkait rumor yang beredar di lingkungan kerajaan. Dengan sikap seperti itulah panembahan Senapati dapat mengalahkan Ki Ageng Mangir Muda dengan mengorbankan putrinya sebagai mata-mata di desa mangir hingga berhasil menjadi istri Ki Ageng Mangir Muda, dan kemudian menjebaknya pada pertemuan antara Panembahan Senapati dan Ki Ageng Mangir Muda. Mungkin memang sifat menghalalkan segala cara inilah yang kemudian menjadi budaya dan tanpa kita sadari menjadi bagian dari sifat buruk yang dimiliki beberapa orang saat ini. :)
makasih ya kak infonnya
BalasHapusPaket internet axis