Kau Tak Bisa Mengelabuhi Maut
Alkisah, pada dahulu kala disuatu daerah, hiduplah seorang saudagar yang sangat kaya. Dia memiliki tanah yang luas dan harta yang melimpah, saking banyaknya harta yang dimiliki orang-orang mengatakan bahwa hartanya tak akan habis meski untuk tujuh turunan. Sang saudagar juga disegani oleh masyarakat di daerah dia tinggal selain karena hartanya yang banyak juga karena dirinyalah daerah tersebut dikenal hingga seluruh negeri. Namun sayangnya tak semua hal tentang sang saudagar ini adalah hal yang baik, sang saudagar memiliki banyak sifat buruk, salah satunya adalah "sombong".
Sang saudagar sering berjalan-jalan di sekitar daerah tempat dia tinggal hanya untuk memamerkan kuda mahalnya dan pakaian serta perhiasan yang dikenakannya. Dia selalu ditemani oleh dua pengawalnya yang juga menaiki kuda mahal dan pakaian yang bagus, sambil sesekali mengomentari tentang kehidupan di daerahnya, bahkan tak jarang ia juga mengolok-olok orang-orang yang menurutnya miskin.
Meskipun banyak warga didaerah tersebut yang segan terhadap sang saudagar karena berkat dirinyalah daerah tersebut dapat dikenal hingga seluruh negeri, yang berakibat pada majunya ekonomi daerah serta menjadikan kehidupan warganya menjadi lebih baik. Dengan bertambah baiknya kondisi ekonomi didaerah tersebut maka usaha dagang sang saudagar juga bertambah maju dan sang saudagar menjadi semakin kaya. Tentu saja hal ini menjadi kabar buruk bagi beberapa orang, ya.. Ini menjadi kabar buruk bagi saingan dagang sang buruh. Semakin hari jumlah orang yang tak suka dengan sang saudagar semakin banyak, salah satu penyebabnya adalah karena sifat buruk sang saudagar.
Orang-orang yang tak suka dengan sang saudagar membuat sebuah komplotan yang berencana untuk menyingkirkan saingan dagang mereka. Mereka menyiapkan sebuah skenario untuk membunuh sang saudagar dan merebut kekayaannya. Komplotan tersebut menyewa seorang pembunuh bayaran untuk membunuh sang saudagar. Komplotan tersebut berpura-pura mengadakan sebuah pertemuan saudagar dan mengundang sang saudagar sebagau tamu mereka. Komplotan tersebut meminta si pembunuh bayaran untuk melaksanakan tugasnya ketika sang saudagar sedang beristirahat. Sayangnya rencana komplotan tersebut tidak akan berjalan mulus, karena tanpa sepengetahuan mereka ada seseorang yang membocorkan rencana mereka terhadap sang saudagar. Orang tersebut rela menghianati komplotan tersebut demi uang imbalan yang dia harapkan dari sang saudagar.
Rencana komplotan tersbut gagal, si pembunuh bayaran yang mereka sewa tertangkap oleh oengawal sang saudagar. Malam itu setelah menangkap si pembunuh bayaran, sang saudagar mengumpulkan para saudagar lain yang ada dalam pertemuan itu.
"Hari ini ada yang berusaha membunuhku!" kata sang saudagar membuka suara.
Semua orang yang ada disana terkejut dengan kata-kata sang saudagar, meskipun ia tahu ada beberapa wajah terkejut yang dibuat-buat.
"Tapi tak apa" lanjutnya "butuh lebih dari hal seperti ini untuk membunuhku!! Dan seperti yang kalian lihat, dengan hartaku aku bahkan bisa menghindari kematian!!"
Kata-kata sang saudagar tersebut membuat semua anggota komplotan yang ada pada pertemuan itu geram. Sekali lagi sang saudagar memperlihatkan sifat buruknya, diwaktu yang salah.
Setelah malam itu usaha pembunuhan atau mencelakai sang saudagar sering dilakukan oleh komplotan tersebut, semua cara mereka lakukan. Mulai dari menyewa pembunuh bayaran, memanipulasi kereta kuda yang saudagar pakai, menggunakan racun, dan banyak usaha penyingkiran lain yang komplotan itu lakukan, ajaibnya sang saudagar selalu dapat menghindari semua kesialan dan maut yang berusaha di berikan oleh komplotan itu. Hal ini juga membuat sang saudagar menjadi semakin sombong, karena lebih sering berurusan dengan hal-hal yang mengancam nyawanya dan dia berhasil menghindarinya. Maut demi maut yang dibawakan oleh komplotan musuh sang saudagar. Akhirnya komplotan tersebut menyerah, mereka tak lagi berusaha mencelakai sang saudagar dan lebih memilih fokus dengan pekerjaan mereka, berusaha bersaing dengan cara yang sehat. Komplotan tersebut bubar.
Kesombongan memang sudah menjadi sifat buruk milik sang saudagar, meskipun setelah mengalami banyak hal yang hampir membahayakan nyawanya, tak membuat sang saudagar sadar dan bervenah diri. Dia malah menjadi semakin sombong.
"Aku sudah hidup cukup lama" katanya sore itu kepada para pengawalnya, "aku juga sudah banyak melewati hal-hal buruk"
"Benar tuanku, dan tuhan telah melindungi anda selama ini, melewati banyak bahaya" kata salah satu pengawal.
"Kau mungkin benar, tapi aku lebih berterima kasih terhadap hartaku.. Karena mereka lebih berjasa menyelamatkanku.." jawab sang saudagar sambil tertawa. "Orang-orang miskin itu selalu datang padaku dengan informasi penting dan mengharap imbalan, aku hanya perlu memberi mereka sesuatu dan aku dapat mencurangi kematian..."
Semenjak komplotan musuh sang saudagar membubarkan diri, sang saudagar kembali menjalani hari-hari damai. Dia kembali dengan rutinitasnya seperti sedia kala berkeliling desa dengan kuda mahalnya. Suatu hari ia bertemu dengan pak tua Hansen.
"Bagaimana kabarmu saudagar?" sapa pak tua Hansen
"Aku merasa luar biasa pak tua..." jawab sang saudagar "tentu saja, karena aku kaya!!"
"Yaa, kau memang kaya saudagar.. Sayangnya umurmu tak akan lama lagi.." kata pak tua itu.
Namun dengan sombongnya sang saudagar menjawab.
"Tak masalah pak tua!! Aku selalu bisa mengatasi itu, maut tak bisa mencapaiku"
"Dia tak mendatangimu kali ini, kau yang akan mendatanginya" kata pak tua itu sambil berlalu.
"Apa maksud perkataan orang tua itu" sang saudagar bertanya pada salah satu pengawalnya.
"Saya juga kurang mengerti apa maksudnya tuan" jawab sang pengawal.
"Mungkin dia menjadi gila karena terlalu miskin!" katanya sambil tertawa.
Sore itu sesampainya dirumah, sang saudagar mendapat undangan untuk menghadiri sebuah acara di ibukota. Meskipun tak mengganggap apa yang dikatakan oleh pak tua Hansen, namun entah mengapa fikiran sang saudagar menjadi gelisah mengetahui undangan yang ditujukan kepadanya. Tak berselang lama, tiba-tiba salah satu pengawalnya mendatangi sang saudagar dan memberi informasi yang mengejutkan.
"Tuan, mata-mata kami mendapat informasi" kata sang pengawal.
"Para pembunuh bayaran itu lagi?" gumamnya, berfikir bahwa akan ada lagi usaha mencelakai dirinya. "Sebaiknya aku ganti rencana, aku sudah muak memberi uang pada para mata-mata itu" fikirnya.
"Apa yang harus kita lakukan, tuan?" tanya pengawal kemudian.
"Aku punya rencana" kata sang saudagar dengan senyuman diwajahnya.
Hari keberangkatan tiba, sang saudagar bersedia mengahdiri pertemuan antar saudagar di ibukota. Namun ada yang berbeda dengan sang saudagar kali ini, tak ada rombongan mewah yang mengiri kepergian sang saudagar, dia pergi dengan hanya mengendarai sebuah kereta kuda dan sebuah kereta barang. Orang yang diajak pun tak sebanyak biasanya, sang saudagar hanya mengajak kedua pengawal setianya, seorang pembantu dan kusir, Keperluan yang dibawa pun tak begitu banyak, sangat berbeda dengan sifat sang saudagar biasanya yang akan membawa banyak barang mewah hanya untuk dipamerkan pada saat pertemuan. Sang saudagar membawa keperluan yang hanya cukup untuk perjalanan selama beberapa hari, sedangkan perjalanan untuk menuju ibukota butuh waktu hingga dua minggu.
"Tuan apakah semua yang kita bawa ini cukup sampai kita tiba di ibukota?" tanya si pelayan yang tampak resah.
"Tak perlu khawatir, pelayan... Kita akan membeli kebutuhan kita dikota selanjutnya jika sudah habis" jawab sang saudagar. Meskipun dia tau bahwa jawaban yang dia berikan tidak memuaskan rasa penasaran si pelayan.
Dua hari setelah memulai perjalanan sampailah rombongan tersebut di kota pertama. Sang saudagar memerintahkan kusir untuk mencari sebuah penginapan dan mengatakan pada pelayan dan para pengawalnya jika mereka akan beristirahat dikota tersebut selama satu malam. Malam itu setelah menghabiskan makan malamnya dikamar penginapan sang saudagar menemukan secarik kertas yang ditaruh dibawah piring. Terdapat tulisan di kertas rersebut
"Anda sudah tak bisa lagi mengelabuhi maut!!"
Begitulah tulisan yang ada pada kertas tersebut. Merasa ada yang mengancamnya sang saudagar mengumpulkan para pengawalnya. Dan memerintahkan mereka untuk berjaga pada malam itu. Namun tak ada hal aneh yang terjadi pada malam itu.
"Hanya gertakan???" gumamnya pagi itu.
"Mungkinkah kita diikuti, tuan?" tanya salah seorang pengawal.
"Tidak, itu tidak mungkin. Kita tidak lewat jalur biasa, dan berhenti dikota yang tak menentu" kata sang saudagar menjawab.
Pengawal baru menyadari, bahwa jalur yang mereka lewati memang berbeda. Perjalanan yang ditempuh sang saudagar tak sama dengan jalur yang seharusnya dilalui untuk sampai di ibukota. Boleh dibilang jika sang saudagar menempuh jalan memutar yang membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai di ibukota. Semua anggota rombongan semakin heran dengan sikap sang majikan, tapi mereka tak berani melawan perintahnya. Tak terasa perjalanan sudah hampir memakan waktu dua minggu. Seharusnya rombongan sang saudagar sudah hampir sampai di ibukota, namun kenyataanya rombongan tersebut masih sangat jauh dari ibukota. Hal ini dikarenakan sang saudagar selalu berhenti di setiap kota yang dilalui, dan entah kenapa sang saudagar terlihat semakin gelisah setiap singgah disuatu kota.
"Sepertinya ada penghianat" batin sang saudagar. "Jika tidak mana mungkin aku bisa mendapat ancaman setiap singgah disuatu kota"
Akhirnya ketika sampai pada suatu kota, sang saudagar memulangkan pelayan dan kedua pengawalnya, sang saudagar yakin bahwa ada penghianat diantara pelayan dan pengawalnya. Kemudian sang saudagar menyewa pengawal baru dikota itu.
Malam itu ketika sang saudagar hendak beristirahat, pintu kamarnya diketuk oleh seseorang.
"Selamat malam, tuan. Kami dari agensi pengawal" sapa orang tersebut dengan ramah.
"Jadi, kalian yang akan menjadi pengawalku"
"Benar tuan, kami akan menjadi pengawal anda hingga dua hari kedepan"
"Baiklah, mohon bantuannya kalau begitu.. Hahaha.." kata sang saudagar kemudian menutup pintunya. Kedua pengawal baru tersebut berjaga diluar kamar sang saudagar.
--------
Menjelang fajar, sang saudagar tiba-tiba terjaga.
"Siapa disana?!" bentak sang saudagar karena merasa ada orang lain yang ada diruangannya.
"Dasar pengawal tak berguna!" gerutunya.
"Pengawal!!!" teriaknya,
"Tak perlu berteriak tuan, saya ada disini" jawab suara dari sudut gelap ruangan. Perlahan sang saudagar mulai menyadari bahwa itu adalah salah satu pengawal yang dia sewa.
"Kurang ajar!! Apa yang kau lakukan disini?! Tugasmu adalah berjaga diluar!!" bentak sang saudagar.
"Saya sedang menjalankan tugas saya, tuan. Tapi bukan tugas dari anda tentunya" kata pengawal itu dengan ramah.
Sang saudagar terperanjat, "apa kau seorang pembunuh bayaran?"
Pengawal itu tersenyum, "benar tuan, dan anda adalah korban saya"
"Bagaiamana bisa...." kata sang saudagar terlihat kebingungan
"Saya juga bertanya-tanya, tuan" "saya tak menyangka bahwa tuan datang sendiri ke agensi dan menyewa saya sebagai pengawal anda, kebetulan sekali"
"Berapa? Berapa bayaran yang kau terima? Aku akan membayarmu lebih" kata sang saudagar panik.
"Maaf tuan, tapi saya harus menolaknya" kata pengawal tersebut, kemudian menyergap sang saudagar. Sang saudagar mencoba melawan, namun pisau si pengawal sudah menancap tepat dijantung sang saudagar, diapun roboh, darah mengalir dari dadanya.
"Apakah ada pesan terakhir tuan?" kata si pembunuh
Sang saudagar berusaha mengatakan sesuatu, namun ajal menjemputnya sebelum sang saudagar mengucapkan sebuah kata.
Komentar
Posting Komentar