Langsung ke konten utama

[review] Appointment with Death – Agatha Christie


Appointment with Death – Agatha Christie
Kematian adalah suatu hal yang mengerikan bagi manusia, mereka biasanya akan melakukan beberapa cara untuk menghindarinya, meskipun pada akhirnya kematian tetap akan datang. Cerita dalam novel ini berkisah tentang keluarga Boynton yang sedang melakukan wisata ke sejumlah tempat bersama-sama, keluarga ini sendiri beranggotakan  6 orang yaitu Mrs. Boynton beserta anak-anaknya yaitu Mr. Lennox Boynton dan istrinya Nadine, Raymond Boynton, Carol Boynton, dan putrid sulung Ginevra. Jika  dilihat sekilas keluarga ini nampak bahagia dan baik-baik saja, namun jika dilihat lebih teliti tersembunyi sebuah raut ketakuan yang menyelimuti anak-anak dari Mrs. Boynton. Mrs. Boynton sendiri digambarkan sebagai wanita setengah baya yang berperawakan besar dan memiliki wajah yang tidak menyenangkan, jika diperhatikan lebih dalam terlihat sifat tiran wanita ini.
Dua orang yang memiliki latar belakang kedokteran sedang membicarakan keluarga Boynton ini, mereka adalah Sarah King dan Dr. Gerrard, mereka berdua setuju bahwa apa yang dilakukan oleh Mrs. Boynton kepada anak-anaknya merupakan hal yang salah, mereka berdua beranggapan bahwa Mrs. Boynton terlalu mengekang kehidupan anak-anaknya. Memang sifat superior dari Mrs. Boynton telah berhasil mempengaruhi perilaku anak-anaknya, mereka cenderung menjadi pendiam dan takut untuk bersosialisasi bahkan ketika mereka sedang melakukan perjalanan keluar untuk berwisata, meskipun sebenarnya anak-anak Mrs. Boynton adalah pribadi yang ramah namun sifat itu berubah 180 derajad ketika mereka sedang bersama Mrs. Boynton, mereka justru menjadi acuh tak acuh terhadap orang lain dan terlihat takut untuk bersosialisasi denga orang lain.
Singkat cerita keluarga ini hendak melanjutkan perjalannya, Sarah King yang sudah muak dengan sikap Mrs. Boynton mengabaikan kata-kata Dr. Gerrard untuk tidak ikut campur dalam masalah keluarga ini akhirnya mengucapkan salam perpisaha dengan kata-kata yang agak menyindir berharap agar Mrs. Boynton sadar akan perbuatannya. Mrs. Boynton seakan tak peduli dengan kata-kata yang diucapkan oleh Sarah King dan malah membalasnya dengan jawaban yang aneh,
“aku tak pernah lupa,” ujar perempuan itu “ingatlah itu. Aku belum pernah lupa akan apapun, baik perbuatan, nama, atau wajah.”
Mereka kemudian berpisah untuk melanjutkan perjalanan masing-masing, namun siapa sangka mereka bertemu lagi di petra. Berniat membebaskan salah seorang anak Mrs Boynton yang disukainya Raymond, Sarah King membujuk Raymond untuk melawan ibunya, Raymond yang sebenarnya juga menyukai Sarah King akhirnya menyetujuinya. Akhirnya Raymond mengutarakan isi hatinya kepada ibunya dan berharap ibunya menyetujui hubungan mereka, namun suatu hal yang tidak terduga terjadi, Mrs. Boynton ditemukan tewas.
Anak-anak Mrs. Boynton yakin bahwa kematian ibu mereka adalah karena penyakit jantung yang diderita oleh Mrs. Boynton, namun tidak dengan Hercule Poirot, ia teringat dengan kata-kata yang tak sengaja didengarnya ketika berada di sebuah hotel.
“kau mengerti kan, bahwa dia mesti dibunuh?”
Yakin dengan pemikirannya, Hercule Poirot melakukan investigasi dalam kasus kematian Mrs. Boynton dan menemukan fakta bahwa alat suntik dan beberapa obat telah dicuri dari Dr. Gerrard. Hercule Poirot yang semakin yakin bahwa itu adalah sebuah pembunuhan, berupaya menemukan siapa pelakunya. Apakah keberhasilan Sarah King membujuk Raymond berujung dengan pembunuhan ?
Sekali lagi Agatha Christie menceritakan secara terperinci tentang kemampuan detektif berkepala telurnya yang sangat luar biasa, kemampuan menalar dan mengidentifikasi pelaku hanya dengan melakukan wawancara dengan pelakunya, dia bisa melihat sisi psikologis dari orang yang diajak bicara kemudian membuat kesimpulan yang luar biasa. Meskipun begitu tokoh pintar ini baru akan muncul pada bagian terakhir, karena dari awal hingga pertengahan novel ini menceritakan tentang keluarga Mrs. Boynton, kesedihan dan ketidakberdayaan anak-anak dari Mrs. Boynton dikisahkan dengan mendramatisir, saya hampir bosan dengan cerita keluarga ini hingga di titik dimana Mrs. Boynton ditemukan tewas. Dan saya tetap suka dengan bagaimana cara Agatha Christie memberi ending pada setiap ceritanya, tentunya dalam kisah ini juga tentang si pelaku pembunuhan terhadap Mrs. Boynton yang sekali lagi, sangat tidak terduga!!. Meskipun begitu buku ini memiliki kisah yang happy ending.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] The Black Cat and other stories - Edgar Allan Poe

The Black Cat and Other Stories – Edgar Allan Poe Edgar Allan Poe merupakan soerang penulis berkebangsaan Amerika, dengan prestasinya dalam kisah horor dan kisah detektif membuatnya dijuluki sebagai bapak dari penulis kisah misteri. “Poe bukan sekedar penulis kisah misteri atau suspense. Dialah perintis genre itu” (Stephen King). Ya memang begitu pandangan para penulis dunia bergenre misteri, cerita-cerita horor karangan Edgar Allan Poe memang sangat digemari oleh para pembaca pada masanya, bahkan hingga saat ini para penggemar cerita karangan Poe juga sangat banyak. Jadi untuk para pecinta genre misteri dan fiksi detektif saya kali ini akan merekomendasikan kepada anda sebuah novel yang berisi kisah karangan Edgar Allan Poe yaitu novel “The Black Cat and Other Stories”. Buku ini berisi 13 cerita asli karangan Edgar Allan Poe yang telah diterjemahkan dan dicetak ulang oleh penerbit Noura Books. Sebenarnya daripada disebut novel buku ini lebih cocok jika disebut sebagai kumpu

Buku untuk Dibaca – Erick Namara

Mungkin semua orang sudah mengetahui bahwa fungsi buku bacaan adala untuk dibaca, namun tentunya hal itu akan terdengar agak aneh bila kata-kata “Buku untuk Dibaca” digunakan sebagai judul sebuah buku. Menarik! Itulah hal pertama yang ada dipikran saya ketika saya menemukan buku tersebut di sebuah toko buku, sampul buku berwarna emas semakin membuat saya penasaran buku apa sebenarnya itu. Akhirnya setelah berkeliling mencari novel bergenre misteri dan kisah detektif kesukaan saya, akhirnya saya mengalah dan menuruti rasa penasaran saya dan masuklah buku berjudul “Buku untuk Dibaca” kedalam keranjang belanjaan. Saya sempat “mengabaikan” buku tersebut karena terlalu asyik menikmati kisah-kisah baru dari novel yang saya beli hingga akhirnya saya merasa jenuh (mungkin karena alur dari novel misteri yang menguras tenaga), kemudian barulah “Buku untuk Dibaca” tersebut terlirik oleh pandangan saya. Saya pun mulai mebacanya, buku ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu love, life and hope, dise

Review Journey to The Center of The Earth – Jules Verne

B agaimana jadinya jika jauh di bawah tanah yang kita injak ini ternyata terdapat rongga yang sangat besar, bahkan saking besarnya rongga itu memiliki laut, pulau dan bahkan iklim sendiri! Sebuah teori yang terdengar gila buka? Tapi yang lebih gila lagi adalah kenyataan bahwa teori ini muncul dari seorang penulis yang menerbitkan karyanya pada tahun 1864. Dia adalah Jules Verne, seorang penulis berkebangsaan Perancis yang dikenal sebagai perintis genre Fiksi Ilmiah ( Sci-Fi). Memang kebanyakan karya beliau bertema fiksi ilmiah yang dianggap mendahului masanya. Selain Journey to The Center of The Earth karya-karya terkenal lainnya seperti Twenty Thousand League Under the Sea, Around The World in Eighty Days, dan From The Earth to The Moon juga bergenre fiksi ilmiah. Membayangkan tahun terbitnya karya-karya beliau pada pertengahan tahun 1800an pasti akan membuat kita terheran-heran dengan betapa liarnya imajinasi sang penulis. Lalu bagaimana kisah petualangan ke dalam perut bumi ini? Say